Produksi Padi Majalengka Tembus 134.000 Ton di Tengah Ancaman Kekeringan
MAJALENGKA - Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, dengan bangga mengumumkan bahwa produksi padi di Kabupaten Majalengka hingga pertengahan Oktober 2024 telah mencapai lebih dari 134.000 ton. Dengan optimisme yang tinggi, Dedi memproyeksikan angka ini akan terus bertambah hingga mencapai target 162.000 ton sebelum tahun 2024 berakhir. Masa panen kedua menjadi tumpuan utama untuk memenuhi sisa target tersebut.
"Mudah-mudahan bisa dituntaskan sebelum akhir tahun," ujar Dedi dalam pertemuannya di Kabupaten Majalengka, Kamis (17/10/2024). Menurutnya, produktivitas lahan sawah di Majalengka menunjukkan hasil yang menjanjikan, bahkan ada yang mampu menghasilkan hingga 7 ton per hektare. Hal ini memberi harapan bahwa selisih target yang belum tercapai dapat diraih pada musim tanam kedua (gadu).
Namun, perjalanan produksi padi di tahun ini tidak tanpa tantangan. Dibandingkan dengan capaian tahun lalu yang mencapai sekitar 657.081 ton, produksi padi di tahun 2024 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Ence, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKP3) Majalengka, menyebut bahwa penurunan ini banyak dipengaruhi oleh cuaca ekstrem yang melanda awal tahun.
Dampak Musim Kemarau pada Petani Majalengka
Ribuan hektare lahan pertanian di Majalengka, Jawa Barat, merasakan dampak keras dari musim kemarau yang panjang. Lebih dari 1.098 hektare sawah mengalami kekeringan parah, menyebar di berbagai kecamatan di wilayah Majalengka. Petani pun mulai menghadapi tantangan besar dalam menyediakan air untuk irigasi.
Rahmat, salah satu petani dari Kecamatan Jatitujuh, merasakan dampaknya langsung. "Sawah saya yang dua hektare sudah tidak terairi dengan baik selama sebulan terakhir," ungkap Rahmat (45), Rabu (14/8/2024). Biasanya, air dari irigasi cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman padi, namun kali ini debit air menurun drastis. "Kami sudah mencoba menggunakan pompa untuk menarik air dari sungai terdekat, tapi debitnya sangat rendah," tambahnya.
Upaya Pemerintah di Tengah Ancaman Gagal Panen
Menanggapi krisis ini, pemerintah daerah tidak tinggal diam. Bantuan berupa pompa air dan pendampingan teknis telah dikerahkan untuk membantu petani di lapangan. Meskipun demikian, upaya tersebut belum sepenuhnya mampu mengatasi masalah kekeringan yang meluas. Menurut Rahmat, solusi jangka panjang seperti pembangunan sumur bor di daerah yang paling terdampak bisa menjadi alternatif yang perlu dipertimbangkan.
"Kami sedang mempertimbangkan mengubah pola tanam, agar bisa menanam tanaman yang lebih tahan kekeringan di musim kemarau seperti ini," kata Rahmat.
Situasi ini menuntut adaptasi dan inovasi dari para petani dan pemerintah daerah agar bisa tetap mempertahankan ketahanan pangan Majalengka di tengah cuaca yang tidak menentu. Meski tantangan besar di depan mata, ada harapan bahwa dengan kerja keras, target produksi 162.000 ton padi bisa tercapai, membawa semangat baru bagi sektor pertanian di Majalengka.
sumber : bisnis.com